Friday, June 29, 2018

Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Jilid 7.5 Bab 1 Bagian 1


Classroom of the Elite Volume 7.5
Diterjemahkan oleh Ratico

Bab 1: Panah Cinta

23 Desember. Langit cerah.

Bangun di pagi hari sangat menyenangkan. Itu hampir luar biasa menyegarkan, dan meskipun aku baru saja bangun.

Aku terbungkus dalam kenyamanan dan rasanya seolah-olah aku masih dalam mimpi. Itu perubahan pertama yang terjadi kepadaku.

Jadi, apa yang berubah? Jika orang-orang bertanya kepadaku itu, aku akan dengan tegas menjawab 'Tidak'.

Tapi, tak seperti tak ada yang berubah. Sebenarnya, sudah ada perubahan. Perubahan yang dramatis.

Aku, Karuizawa Kei, tak lagi memiliki masa lalu yang mengerikan untuk mengikatku.

Lebih tepatnya, bukan seperti itu. Aku telah mendapatkan kekuatan yang tak akan kalah pada masa lalu yang telah mengikatku begitu lama.

Yaitu, kemarin, peristiwa penutupan upacara yang mengakhiri semester kedua. Aku dipanggil oleh Ryuuen dan yang lainnya, dan menerima penindasan. Kedengarannya payah memang ketika aku mengatakannya tapi faktanya bahwa itu memang terjadi. Aku mencapai titik terendahku.

Di sekolah ini aku melarikan diri untuk mencari keselamatan, kupikir aku akan sekali lagi jatuh ke neraka.

Dan kemudian, aku mendengar berbagai hal. Dan di antaranya, yang mengejutkan adalah, bahwa Manabe dan yang lainnya yang menindasku sebenarnya dikendalikan oleh Kiyotaka.

Pada awalnya aku merasa putus asa, dan bahkan amarah pun keluar.

Tapi.....pada akhirnya aku terselamatkan. Di tangan Kiyotaka.

Semua seperti telah direncanakan Kiyotaka. Orang-orang yang menungguku saat dengan selamat turun dari atap adalah mantan ketua OSIS dan Chabashira-sensei.

Itu tak seperti mereka mengatakan sesuatu kepadaku, itu hanya kekhawatiran mereka sehingga perhatian orang-orang tak tertuju padaku. Sejujurnya, tanpa kepedulian mereka, aku ragu aku akan dengan aman kembali ke asrama.

Satu-satunya hal yang mereka katakan kepadaku adalah bahwa mereka berdua bertindak berdasarkan instruksi Kiyotaka. Kupikir itu karena mereka menyadari itu adalah satu-satunya cara untuk menenangkanku.

Kejadian-kejadian di atap. Bibit bahwa aku yang diganggu oleh Manabe dan yang lainnya telah ditanam. Jika aku memiliki kekuatan untuk menyingkirkan masa laluku, aku akan lebih tegas saat itu. Itu akan berakhir tanpa apa yang terjadi di SMP ketahuan....

...tidak, bukan itu.

Pada dasarnya, aku salah. Untuk bertindak keras, aku terus bersikap arogan.

Menuju itu, bahkan jika Manabe dan yang lainnya merasa tak senang, itu tak bisa dihindari. Itu adalah metode yang kupilih untuk menghindari penindasan. Dan kerugian itu.

"Fuu......."

Desahan seperti itu keluar.

Tapi itu bukan desahan yang buruk sama sekali. Bagaimana aku harus mengatakannya? Itu adalah napas yang dipenuhi dengan emosi, tidak. Aku benar-benar tak bisa mengatakannya dengan baik.

Hanya ada satu hal yang aku yakini. Artinya, bahkan ketika aku sedang tidur, bahkan ketika aku bangun. Di dalam pikiranku, Kiyotaka selalu ada di sana.

Sejak kemarin, itu terbakar dalam pikiranku dan aku tak bisa berpisah darinya.

"...lebih seperti, mou, bagaimana aku harus mengatakannya, ini adalah permainan yang licik......."

Meskipun suhu tubuhku harusnya normal, untuk beberapa alasan, tubuhku menjadi panas. Untuk menekan jumlah panas di tubuhku, aku menutup mataku.

Ayanokouji Kiyotaka. Kelas D tahun pertama.

Pada awalnya aku bahkan tak memikirkan apapun tentang dia. Hanya teman sekelas tanpa bayangan. Terkadang topik dirinya menjadi keren memang muncul, tapi aku tak pernah tertarik. Dan selain itu, teman sekelas itu segera lupa tentang Kiyotaka.

Di dunia modern kita, keterampilan komunikasi adalah faktor besar dalam popularitas seseorang. Itu adalah sesuatu yang pada dasarnya kurang di Kiyotaka. Tak peduli seberapa baik dia di olahraga, jika tak disertai dengan elemen lain, tingkat popularitasnya tak akan diperpanjang lagi.

Itu sebabnya dengan Yousuke-kun yang memimpin juga, Kelas A Tsukasaki-kun dan Kelas B Shibata-kun lebih populer dengan urutan besarnya.

Tapi Kiyotaka yang sebenarnya tak buruk dalam bersosialisasi, dia benar-benar pintar, dia sangat dewasa, dia sangat rasional, dia juga pandai dalam hal olahraga sampai dia tak akan kalah bahkan kepada siswa senior, dan juga, dia kuat pada intinya hampir tak bisa dipercaya.....ada juga bagian kejam dan tak kenal belas kasihan padanya, tapi......meski begitu, pada akhirnya, dia akan menyelamatkanku.

"Haa.......!?"

Mungkinkah, aku, sebelum aku tahu itu, tentang Kiyotaka---

"Tidak, tidak, tidak, tidak. Tak mungkin, tak mungkin!"

Memegang wajahku yang telah menjadi merah, aku menggelengkan kepala dengan intens ke kiri dan ke kanan.

Saat wajahku memerah, aku panik......aku hampir seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta.

Bukannya aku menyangkal asmara. Aku juga seorang gadis yang benar-benar ingin jatuh cinta juga. Tapi, bagaimana aku harus mengatakannya, ada bagian dari diriku yang tak dapat mengakui bahwa aku melihat Kiyotaka dengan mata itu.

"Itu benar. Ini jelas tak bisa terjadi. Itu karena dia sehingga aku mengalami hal-hal buruk......."

Sebaliknya, aku ingin dia berterima kasih padaku karena tak menyimpan dendam padanya. Di atas itu, untuk mencuri hatiku juga, aku tak bisa memaafkan kesenangan seperti itu.

Berdiri di depan cermin, aku menyisir rambutku yang telah menjadi keriting setelah bangun tidur.

"Tapi, aku juga terlalu baik, kan?"

Bahkan jika mereka kebetulan menanggung kesalahan, aku bertanya-tanya apakah orang biasa akan memaafkan Kiyotaka untuk apa yang dia lakukan?

Mungkin tak mungkin. Sudah jelas bahwa itu tak mungkin. Sebaliknya, mereka mungkin akan menyimpan dendam terhadapnya. Hanya karena kebetulan orang yang sangat dermawan sepertiku sehingga dia dimaafkan. Hanya puas dengan itu, Kiyotaka.

Berbicara dengan keras seperti itu di kepalaku, aku menyingkirkan semua delusi yang salah itu. Hanya saja, aku tak bisa memberikannya maaf secara langsung di depan Kiyotaka.

Sebaliknya, aku bertanya-tanya apakah aku harus mengganggunya sedikit. Berpura-pura marah padanya karena telah dimanipulasi terdengar bagus. Dan mungkin juga, waktu berikutnya aku melihat wajah Kiyotaka, kemarahan yang sebenarnya mungkin benar-benar muncul juga.

Saat aku memikirkan itu, sebuah obrolan tiba di teleponku.

"Hari ini jam 11, terima kasih sebelumnya Karuizawa-san."

"Ahh, aku mengerti. Ada itu."

Itu adalah kontak dari teman sekelasku, Satou Maya-san.

Sebelum besok, tanggal 24, sebagai pemberitahuan hari ini, aku menerima kontak dari Satou-san yang memberitahuku bahwa dia ingin bertemu denganku karena dia punya sesuatu untuk dikonsultasikan kepadaku.

Biasanya, karena aku bergaul dengan kelompok yang berbeda dari Satou-san, pertukaran kami tak berarti, mendalam. Tentu saja, sebagai teman sekelas, kami bergaul dengan cukup baik, tapi ini pertama kalinya aku dipanggil seperti ini untuk bertemu dengannya.

"Tapi meski begitu, aku yakin aku sehat."

Kemarin, di bawah langit yang dingin, dari atas kepalaku aku mendapat banyak sekali air yang dibuang ke padaku dan meskipun hal mengerikan terjadi, aku masih sehat sampai aku ingin memuji diriku sendiri.

Tentu saja, setelah didinginkan hingga ke inti tubuhku aku mandi untuk menghangatkan diri, tapi seorang gadis normal mungkin akan kedinginan dan bahkan jika mereka tidur selama tiga hari, itu tak akan aneh.

"Itu karena aku terlalu terbiasa dengan perlakuan seperti itu...hanya bercanda."

Aku menyadari bahwa semacam pembicaraan masokistik dengan lancar keluar. 'Aku' sampai kemarin. Artinya, 'aku' yang mengira dia telah berubah tapi sebenarnya tak berubah sama sekali.

Aku selalu takut ditindas, selalu gemetar ketakutan. Jauh di dalam hatiku, kegelapan selalu menyebar.

Tapi sekarang, aku bisa mengatakannya dengan jelas. Aku berharap aku bisa berubah bahkan hanya sedikit.

Membuka piyamaku, dan sekarang celanaku. Pada saat itu, bekas luka yang diukir di tubuh putihku pasti terlihat. Bahkan jika aku tak menginginkannya, aku akan melihatnya.

Setiap hari, aku dihadapkan bekas luka ini, perasaanku tenggelam dan aku mulai ingin mati. Tapi, aku tak pernah memikirkannya seperti yang kulakukan kemarin.

Meskipun aku sangat membenci bekas luka itu, sangat menyesalkannya dan merasa sangat sedih. Hanya dalam satu hari, aku bahkan tak percaya aku akan banyak berubah.

"Tapi meski begitu, aku tak bisa menunjukkan ini pada seorang anak laki-laki.........."

Jika mereka kebetulan melihat bekas luka seperti itu, lawan jenis akan berakhir dengan menarik diri. Tubuh seorang gadis seharusnya lembut dan halus dan indah.....Ini akan berakhir menghancurkan ilusi itu.

Aku yakin bahkan cinta seratus tahun akan menyerah. Tidak, aku tak punya niat untuk menunjukkannya kepada orang lain...Aku menyimpannya di hatiku seperti itu. Hanya saja.....Aku mungkin belum menunjukkannya pada ekspresiku...

...Tapi, Kiyotaka berbeda.

Meskipun dia melihat bekas luka milikku ini, dia bahkan tak pernah berbicara rasa jijiknya.

Apakah hanya karena dia tak mengatakannya? Ataukah itu hanya karena gelap di atas kapal? Atau hanya berbohong? Apakah dia berpikir jauh di dalam bahwa itu menjijikkan? Atau mungkinkah dia benar-benar tak berpikir itu menjijikkan sama sekali?

Penegasan dan penolakan terus terulang di kepalaku. Tapi tak ada jawaban yang bisa ditemukan untuk itu. Hanya bertanya-tanya sendiri, aku menyadari sesuatu yang penting.

"Ngomong-ngomong tentang orang itu, dia menyentuh tubuhku dengan tangannya kan?"

Saat itu, aku tak punya waktu untuk berpikir, tapi bukankah ini hal yang sangat luar biasa? Dia menyentuh pahaku, seragamku hampir dilepas...

...Aku diperlakukan seperti kuman atau hama oleh gadis-gadis, dan aku juga tak dilindungi oleh anak laki-laki. Seluruh kelas, sepanjang tahun sekolah, bahkan tak melihatku sebagai manusia, apalagi melihatku sebagai seorang gadis. Meskipun aku belum pernah berpegangan tangan dengan seorang anak laki-laki sebelumnya, apa yang telah dilakukannya padaku, aku bertanya-tanya.

"Sungguh, mou, mou, mou! Aku memikirkannya lagi! Aku benar-benar bodoh!"

Sekali lagi, mari kita tutup tentang masalah Kiyotaka dan menyegelnya. Aku akan melakukannya. Itu hanya kecelakaan jadi aku harus melupakannya.

Aku meraih bajuku dan mulai berganti pakaian.

* * *

Contact Form

Name

Email *

Message *